Bertutur Kata Baik + Berbuat Baik = Kebahagiaan Diri
Pada suatu ketika, hiduplah seorang
wanita tua, bertubuh gemuk dengan senyum jenaka di sela – sela pipinya
yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja
beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi
mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa
bukan soal. Yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah!
Hampir – hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. lalu apa untungnya? Wanita itu dengan terkekeh menjawab; “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun” Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit saja? Sekali lagi ia terkekeh sambil menjawab lagi; “Lalu bagaimana kuli -kuli
itu bisa beli jika harga terlalu mahal? Siapa yang mau menyediakan
sarapan buat mereka? Sementara upah mereka tidaklah besar. Mereka punya
keluarga, sanak saudara, orang tua. Dengan meringankan penderitaan
mereka, bukankah telah membahagiakan mereka secara bersamaan?”Ucap si
wanita sembari menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas
truk pengantar mereka ke tempat kerja. Ah!
Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah
kerja.
Orang – orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana
wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup
manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh.
Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras
berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian
tugas kita dalam kerja, yaitu menghadirkan secercah kesejahteraan bagi
sesama.
Kebaikan perbuatan dan kata – kata
seseorang tak akan pernah dilupakan oleh sesama. Seberapa baik dan
jahatnya perbuatan anda, akan menerima respons dan balasan positif dan negatif
dalam perjalanan anda kelak. Bila anda sulit menemukan kebahagiaan
dalam hidup. Cobalah cara berikut, pergilah ke suatu tempat yang dapat
menarik emosi iba anda terhadap seseorang, entah orang yang sedang
dirudung kesedihan, kesusahan, kepedihan dalam hidup. Lalu, berikan
sedikit saja pada mereka, apapun itu! pakaian bekas anda, secuil uang
anda! Sebungkus makanan! Apapun itu…
Jangan kaget bila si penerima akan menerima dengan penuh rasa syukur
yang mendalam! Bahwa betapa beruntungnya mereka pada saat itu. Bahkan
tak sedikit yang akan menerima dengan haru. Meskipun pemberian anda
tidak lah besar atau seberapa, namun anda akan merasakan kebahagiaan
yang luar biasa dalam diri anda melihat bagaimana orang itu juga bisa
berbahagia karena anda. Percayalah, bahwa Membantu Seseorang, Melepaskan
penderitaan seseorang akan membawa kebahagiaan besar baik bagi diri
sendiri maupun orang lain. Bawalah kebiasaan menolong ke dalam kehidupan
anda, dengan demikian hidup anda akan selalu berkecukupan akan rasa
bahagia. Orang yang berbahagia adalah orang yang tak memiliki kekurangan
dalam menjalani kehidupan.
Pada sebuah kisah berikutnya akan
disuguhkan satu lagi cerita renungan akan keburukan. Semoga bisa membuka
pikiran kita yang ingin hidup lebih berbahagia lagi ditengah kehidupan
bermasyarakat saat ini.
Kisah Paku Yang Melukai Diri
Pada suatu ketika, terdapat seorang anak
lelaki yang sangat temperamental. Untuk mengurangi kecenderungan
pemarahnya, ayah sang anak memberi anaknya sekantong paku sembari
menyampaikan kepada anaknya agar memantek sebatang paku setiap kali
dirinya sedang emosi / marah.
Pada hari pertama saja, anak itu sudah
memantekkan 48 batang paku ke pagar belakang yang mencerminkan jumlah
kali ia marah dalam satu hari itu. Seiring dengan berjalannya hari,
jumlah paku tersebut berkurang sedikit demi sedikit. Dia menyadari bahwa
ternyata lebih mudah menahan amarah yang sebentar saja ketimbang
memantek paku – paku besar ke pagar belakang. Sehingga paku – paku pun
berkurang sedikit demi sedikit hingga pada suatu hari anak itu berhasil
mengendalikan amarahnya untuk tidak marah sama sekali dalam satu hari!
Lalu ia melaporkan hal ini kepada
ayahnya yang selanjutnya memberikan ‘tugas baru’ untuk mencabuti satu
paku untuk setiap kali dirinya berhasil menahan emosi, entah karena
olokan teman – temannya, dsb. Hari kembali berlanjut dimana sang anak
tersebut akhirnya mampu menyelesaikan ‘tugas’ nya tersebut lalu
melaporkan keberhasilannya.
Sang ayah memuji pencapaian sang anak
yang ternyata berhasil lalu mengajak sang anak berjalan menghampiri
pagar – pagar itu sambil berkata: “Kau telah berhasil dengan baik
anakku, tetapi… lihatlah lubang – lubang di pagar ini. Pagar ini tak
akan pernah bisa sama seperti sebelumnya”
“Ketika anda mengatakan sesuatu,
mengucapkan sesuatu, melakukan sesuatu dalam kondisi kemarahan. Kata –
katamu akan menginggalkan bekas, layaknya lubang di pagar ini! tepatnya
di hati orang lain..” lanjut ayahnya.
“Kamu dapat menusukkan pisau pada
seseorang, lalu mencabut pisau itu kembali. Akan tetapi tak peduli
beberapa kali kamu minta maaf, karena bekas luka itu akan tetap ada,
baik secara kasat maupun tak kasat. Dan luka – luka akibat ucapan dan
cacian adalah sama buruknya seperti halnya luka fisik” ucap ayahnya
menutup pembicaraan.
—–
Demikianlah artikel motivasi dan inspirasi mengenai Renungan Bukti Kebaikan & Keburukan. Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar