Sabtu, 29 Desember 2012

Bertutur Kata Baik + Berbuat Baik = Kebahagiaan Diri

 

Pada suatu ketika, hiduplah seorang wanita tua, bertubuh gemuk dengan senyum jenaka di sela – sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal. Yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah!
Hampir – hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. lalu apa untungnya? Wanita itu dengan terkekeh menjawab; “Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun” Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit saja? Sekali lagi ia terkekeh sambil menjawab lagi; “Lalu bagaimana kuli -kuli itu bisa beli jika harga terlalu mahal? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka? Sementara upah mereka tidaklah besar. Mereka punya keluarga, sanak saudara, orang tua. Dengan meringankan penderitaan mereka, bukankah telah membahagiakan mereka secara bersamaan?”Ucap si wanita sembari menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja. Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. 

Orang – orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja, yaitu menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.
Kebaikan perbuatan dan kata – kata seseorang tak akan pernah dilupakan oleh sesama. Seberapa baik dan jahatnya perbuatan anda, akan menerima respons dan balasan positif dan negatif dalam perjalanan anda kelak. Bila anda sulit menemukan kebahagiaan dalam hidup. Cobalah cara berikut, pergilah ke suatu tempat yang dapat menarik emosi iba anda terhadap seseorang, entah orang yang sedang dirudung kesedihan, kesusahan, kepedihan dalam hidup. Lalu, berikan sedikit saja pada mereka, apapun itu! pakaian bekas anda, secuil uang anda! Sebungkus makanan! Apapun itu…

Jangan kaget bila si penerima akan menerima dengan penuh rasa syukur yang mendalam! Bahwa betapa beruntungnya mereka pada saat itu. Bahkan tak sedikit yang akan menerima dengan haru. Meskipun pemberian anda tidak lah besar atau seberapa, namun anda akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa dalam diri anda melihat bagaimana orang itu juga bisa berbahagia karena anda. Percayalah, bahwa Membantu Seseorang, Melepaskan penderitaan seseorang akan membawa kebahagiaan besar baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bawalah kebiasaan menolong ke dalam kehidupan anda, dengan demikian hidup anda akan selalu berkecukupan akan rasa bahagia. Orang yang berbahagia adalah orang yang tak memiliki kekurangan dalam menjalani kehidupan.

Pada sebuah kisah berikutnya akan disuguhkan satu lagi cerita renungan akan keburukan. Semoga bisa membuka pikiran kita yang ingin hidup lebih berbahagia lagi ditengah kehidupan bermasyarakat saat ini. 

Kisah Paku Yang Melukai Diri
Pada suatu ketika, terdapat seorang anak lelaki yang sangat temperamental. Untuk mengurangi kecenderungan pemarahnya, ayah sang anak memberi anaknya sekantong paku sembari menyampaikan kepada anaknya agar memantek sebatang paku setiap kali dirinya sedang emosi / marah.

Pada hari pertama saja, anak itu sudah memantekkan 48 batang paku ke pagar belakang yang mencerminkan jumlah kali ia marah dalam satu hari itu. Seiring dengan berjalannya hari, jumlah paku tersebut berkurang sedikit demi sedikit. Dia menyadari bahwa ternyata lebih mudah menahan amarah yang sebentar saja ketimbang memantek paku – paku besar ke pagar belakang. Sehingga paku – paku pun berkurang sedikit demi sedikit hingga pada suatu hari anak itu berhasil mengendalikan amarahnya untuk tidak marah sama sekali dalam satu hari!

Lalu ia melaporkan hal ini kepada ayahnya yang selanjutnya memberikan ‘tugas baru’ untuk mencabuti satu paku untuk setiap kali dirinya berhasil menahan emosi, entah karena olokan teman – temannya, dsb. Hari kembali berlanjut dimana sang anak tersebut akhirnya mampu menyelesaikan ‘tugas’ nya tersebut lalu melaporkan keberhasilannya.

Sang ayah memuji pencapaian sang anak yang ternyata berhasil lalu mengajak sang anak berjalan menghampiri pagar – pagar itu sambil berkata: “Kau telah berhasil dengan baik anakku, tetapi… lihatlah lubang – lubang di pagar ini. Pagar ini tak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya”
“Ketika anda mengatakan sesuatu, mengucapkan sesuatu, melakukan sesuatu dalam kondisi kemarahan. Kata – katamu akan menginggalkan bekas, layaknya lubang di pagar ini! tepatnya di hati orang lain..” lanjut ayahnya.
“Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu kembali. Akan tetapi tak peduli beberapa kali kamu minta maaf, karena bekas luka itu akan tetap ada, baik secara kasat maupun tak kasat. Dan luka – luka akibat ucapan dan cacian adalah sama buruknya seperti halnya luka fisik” ucap ayahnya menutup pembicaraan.
—–
Demikianlah artikel motivasi dan inspirasi mengenai Renungan Bukti Kebaikan & Keburukan. Semoga bermanfaat :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar