Iwan Fals dan Perjalanan Album
Yang Muda Yang Bercanda I – dalam lagu dan baca (1980)
Album ini diedarkan oleh LHI (Lembaga Humor Indonesia) dibawah
bendera ABC records. Ini adalah album yang diisi rekaman live pemenang
lomba musik dan baca humor yang diadakan oleh LHI. Pengisinya adalah GM
selo, Thomb Tum [komar cs], PSP, Kwartet S (surabaya). Meskipun Iwan
Fals juga menjadi pemenang lomba musik humor, namun dalam album ini dia
belum ditampilkan.
Album ini sangat langka dan sepertinya sudah tidak ada lagi dipasaran.
Yang Muda Yang Bercanda II – dalam lagu dan baca (1980)
Ini merupakan sambungan dari jilid pertama yang merupakan satu
kesatuan, isinya masih sama yaitu rekaman live peserta lomba musik dan
baca humor yang diadakan oleh LHI. Artis pendukung yang tertulis dalam
sampul album ini antara lain Klombhoor’s Group, Tom Slepe, “IWAN FALSE”
(begitulah nama yang dipakai Iwan Fals pada album ini), Yusuf Lubis, dan
mc Otong Lenon. Iwan Fals disini menyanyikan lagu antara lain
‘Frustasi’ dan ‘Imitasi’ versi live sama persis dengan rekaman yang
sekarang beredar dalam album Frustasi kopian baru.
Album ini tidak terlalu dikenal karena pada saat itu hanya beredar terbatas dan kurang promosi.
Canda Dalam Nada (1979)
Sesuai dengan janjinya, pemenang lomba musik humor akan dibuatkan
album sendiri. LHI bersama ABC records menerbitkan album solo ini dari
rekaman live pada acara lomba. Pada album ini nama Iwan Fals dirubah,
kalau sebelumnya memakai nama ‘Iwan False’, diganti menjadi ‘IWAN
FALES’. Pada side A berisi lagu-lagu Iwan Fals seperti ‘Generasi
Frustasi’, ‘Dongeng Tidur’, ‘Imitasi’, ‘Kisah Motorku’ dan ‘Johni
Kesiangan’. Pada side B diisi dengan lagu ‘Pengamen’ dan ‘Jaman Edan’
dari Tom Slepe juga lagu ‘Pie-Pie’ serta ‘Disco Cangkeling’ dari Pusaka
Jaya.
Penjualan album ini sangat kecil , karena pada saat itu dianggap album rendahan yang disetarakan dengan album-album dangdut.
Canda Dalam Ronda (1979)
Dan pada album inilah debut Iwan Fals dimulai. Masih bersama ABC
records, Iwan diberikan sebuah album penghargaan karena dia telah
memenangi lomba musik humor. Album ini hanya berisi 4 buah lagu yang
diambil dari album Canda Dalam Nada yang semuanya dinyanyikan oleh Iwan
Fals dan dibantu GM Selo (Gerak Musik Seloroh) juara lomba lawak
mahasiswa yang anggotanya adalah Pepeng, Krisna Abu, Bang Nana, Mas
Taufik. Nama Iwan Fals disini ditulis dengan ejaan “Iwan Fales”. Dan
cover album ini yang berupa karikatur digambar oleh Dwi Koen seorang
kartunis yang terkenal dengan tokoh karikatur Panji Koming. Semua debut
Iwan Fals bersama ABC records tidak lepas dari peran Arwah Setiawan.
Album ini berisi lagu-lagu yaitu ‘Dongeng Tidur’, ‘Kopral’, ‘Ambulan Zig-Zag’ dan ‘Joni Kesiangan’.
Perjalanan (Kelompok Amburadul) (1979)
Bersama grup bandnya yang bernama Amburadul, dapat dikatakan ini
adalah album pertama Iwan Fals, seluruhnya berisi lagu baru dengan
single hits lagu ‘Perjalanan’. Album ini dikerjakan dengan profesional.
Aroma Bob Dylan sangat kental disini ditambah dengan suara Iwan yang
‘nyempreng’ dan irama country ballads sangat sesuai dengan lirik yang
sangat sosial. Pada album ini nama Helmie dan Totok Gunarto bernyanyi
pada beberapa lagu seperti Alasan, Ibu, Gaya Travolta dan Inspirasi.
Namun sayangnya album ini dapat dibilang gagal dipasaran. Album ini
adalah lanjutan dari kontrak dengan LHI untuk mengorbitkan pemenang
lomba musik humor. ABC records rupanya masih ragu-ragu mengorbitkan Iwan
Fals yang menyanyikan lagu dengan lirik sosial, karena pada saat itu
yang memiliki nilai jual tinggi adalah lagu-lagu yang bernuansa cinta.
Lagu-lagu dalam album ini adalah ‘Perjalanan’, ‘Aku Berjalan’,
‘Pemborong Jalan’, ‘Mak’, ‘Wanita Tiruan’, ‘Bencana Alam’, ‘Alasan’,
‘Inspirasi’, ‘Gaya Travolta’, ‘Ibu’
3 Bulan (1980)
Album ini berisi lagu baru yaitu ’3 Bulan’ dinyanyikan oleh Iwan
Fals, ‘Tengkulak’ oleh Totok Gunarto, ‘Model Gombrang’ juga oleh Totok
Gunarto dan ‘Surat Dari Paman Di Desa’ oleh Helmie. Selebihnya diisi
lagu-lagu dari album ‘Perjalanan’
Sarjana Muda (1981)
Album ini dapat dibilang adalah awal karir Iwan Fals di dunia musik
profesional Indonesia. Setelah kontrak dengan ABC records selesai,
Musica rupanya mencium bakat Iwan yang dapat dikembangkan, lantas Musica
meneken kontrak dengan Iwan Fals. Album perdana Iwan Fals bersama
Musica Studio’s benar-benar dikerjakan secara serius. Lihat saja musisi
pendukungnya bukan orang sembarangan. Music director dikerjakan oleh
Willy Soemantri, didukung oleh Amir Katamsi, Luluk Purwanto dan yang
hebat lagi Idris Sardi menjadi bintang tamu mengisi suara biola pada
lagu ‘Guru Oemar Bakrie’. Begitu beredar, album ini langsung menjadi
pembicaraan. Masyarakat Indonesia yang pada saat itu kenyang disuguhi
lagu dengan nuansa cinta mungkin kaget mendengar lirik lagu Iwan Fals
yang bernuansa sosial yang sangat mewakili kehidupan masyarakat saat
itu. Tak lama kemudian album ini meledak dipasaran, hampir seluruh
stasiun radio menjadikan lagu ‘Guru Oemar Bakrie’ pada puncak tanggal
lagu mereka. Album ini menjadi titik awal perubahan warna musik
Indonesia.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Sarjana Muda’, ‘Guru Oemar
Bakrie’, ‘Bung Hatta’, ‘Doa Pengobral Dosa’, ‘Si Tua Sais Pedati’,
‘Ambulance Zig Zag’, ‘22 Januari’, ‘Puing’, ‘Yang Terlupakan’,
‘Bangunlah Putra Putri Pertiwi’.
Opini (1982)
Melanjutkan sukses album pertama dibawah bendera Musica, album ini
juga meraup untung besar. Dengan musisi pendukung yang hampir sama,
album ini menjadi lebih ‘nakal’ liriknya. Lagu ‘Galang Rambu Anarki’
menyentuh emosi pendengarnya, rupanya Iwan Fals pandai mengambil momen
kenaikan harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan
kelahiran anak pertamanya menyebabkan harga-harga menjadi melonjak.
Keadaan seperti ini sangat mewakili emosi masyarakat saat itu, sehingga
begitu album ini beredar langsung meledak. Pantas saja, karena hanya
Iwan Fals yang memiliki keberanian menyuarakan protes secara vulgar
melalui lagu pada saat itu. Ada lagi lagu ‘Obat Awet Muda’ yang liriknya
gamblang menceritakan perselingkuhan membuat panas telinga hidung
belang, juga lagu ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’ yang sebenarnya
lagu cinta, namun oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu penghinaan
secara halus terhadap penguasa saat itu. Kontroversi tersebut semakin
membuat laku penjualan album ini
Sejak album ini beredar, konon Iwan Fals mulai diawasi dengan
pemerintah saat itu (Soeharto). Dan konon Iwan Fals sering didatangi
oknum yang mengintimidasinya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Galang Rambu Anarki’, ‘Obat Awet
Muda’, ‘Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu’, ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat
Berpijak Lagi’, ‘Sapuku Sapumu Sapu Sapu’, ‘Opiniku’, ‘Ambisi’, ‘Tak
Biru Lagi Lautku’, ‘Tarmijah Dan Problemnya’.
Sumbang (1983)
Ian Antono dan Abadi Soesman menjadi musisi pendukung dalam album
ini, menjadikan warna baru dalam lagu-lagu Iwan Fals. Lirik lagu Iwan
sedikit melunak dan lebih banyak kearah percintaan namun tetap dalam
lirik yang gamblang. Hanya lagu ‘Sumbang’ yang lebih keras lirik
protesnya. Sepertinya Iwan Fals memprotes tekanan pada dirinya setelah
peredaran album ‘Opini’. Lagu ini benar-benar lagu pemberontakan jiwa
Iwan yang disajikan dengan lirik vulgar dan panas. Musik yang ada
sedikit ‘dangdut’ nya cepat diterima pendengar dan mudah diingat. Dan
ada lagu ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’ yang menceritakan tenggelamnya
kapal penumpang Tampomas II. Ada kesalahan cetak dalam album ini yaitu
lagu “Jendela Kelas I’, seharusnya judul hanya Jendela Kelas namun
ketambahan angka I (satu), maksudnya angka I (satu) tersebut adalah
editing pertama.
Dan lagi-lagi album ini menjadi kontroversi, dan Iwan tetap saja diawasi dengan pemerintah.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Sumbang’, ‘Kereta Tiba Pukul Berapa’,
‘Semoga Kau Tak Tuli Tuhan’, ‘Puing’, ‘Jendela Kelas I’, ‘Berikan Pijar
Matahari’, ‘Siang Pelataran SD Sebuah Kampung’, ‘Asmara Tak Secengeng
Yang Aku Kira’, ‘Celoteh Camar Tolol Dan Cemar’.
Sugali (1984)
Lagu ‘Sugali’ menjadi hits, dikerjakan bersama Chilung Ramali,
menceritakan tentang preman yang menjadi target sasaran petrus (penembak
misterius) yang marak pada dekade 80-an. Tetapi yang menjadi persoalan
pada album ini yaitu adanya lagu ‘Serdadu’ yang isinya bercerita tentang
prajurit yang kurang diperhatikan kesejahteraannya, yang gajinya
dipotong oleh komandannya. Lirik lagu ini mendapat perhatian oleh banyak
petinggi ABRI (saat itu, sekarang TNI) dan dianggap suatu pelecehan,
namun kurang diekspos, mungkin mereka takut terbuka kebenarannya.
Isi album ini adalah ‘Sugali’, ‘Rindu Tebal’, ‘Siang Seberang
Istana’, ‘Serdadu’, ‘Nak’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Tolong
Dengar Tuhan’, ‘Azan Subuh Masih Ditelinga’.
Barang Antik (1984)
Bersama music director Willy Soemantri, Iwan membuka diri menerima
karya orang lain untuk dinyanyikan. Hanya lagu ‘Jangan Bicara’ yang
diciptakan oleh Iwan Fals. Selebihnya diciptakan oleh Diat, Yoesyono,
Chilung Ramali, Jaya Susanto, Dama, Richard Kyoto, Tommy dan Marie,
Willy dan Tommy. Lagu ‘Barang Antik’ bercerita tentang angkutan tua
(oplet) yang tergusur dengan angkutan lain seperti bis, mikrolet dan
bajaj namun tetap beroperasi dipinggiran kota. Lagu ‘Jangan Bicara’
menjadi kontroversi karena liriknya yang terlalu pedas bagi sebagian
orang. Tetapi masalah itu lagi-lagi tidak terekspos, inilah pandainya
pemerintahan saat itu yang rapi menutupi kesalahan agar tidak banyak
orang memahami. Dan hasilnya konon Iwan mendapat teguran keras dari
pemerintah agar tidak menerbitkan karya yang menyinggung politik.
Lagu-lagu pada album ini ‘Barang Antik’, ‘Kumenanti Seorang Kekasih’,
‘Sunatan Masal’, ‘Jangan Bicara’, ‘Asmara Dan Pancaroba’, ‘Tante Lisa’,
‘Salah Siapa’, ‘Nyanyianmu’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Neraka Yang
Asyik’.
Sore Tugu Pancoran (1985)
Masih bersama Willy Soemantri, album ini meledak dipasaran. Karena
muncul bersamaan dengan film yang dibintangi Iwan Fals dengan judul
‘Damai Kami Sepanjang Hari’. Film ini bercerita tentang kehidupan
pengamen yang menjadi sukses rekaman dan diisi dengan lagu-lagu Iwan.
Kurang lebih menceritakan kehidupan sesungguhnya Iwan Fals meskipun ada
bumbu-bumbu pemanis sedikit. Album ini secara tidak langsung dapat
dikatakan menjadi soundtrack film tersebut. Album ini seperti menjadi
jawaban Iwan terhadap teguran pemerintah, lirik dalam album ini
biasa-biasa saja, tidak begitu menggigit seperti album terdahulu. Lebih
banyak pada unsur komersil seperti percintaan, namun itulah yang laku.
Rupanya Musica ingin mengimbangi pasar yang saat itu memang sedang demam
percintaan. Ada lagu yang sedikit ‘nakal’ namun hanya dirasakan sedikit
orang yaitu lagu ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ yang berkisah tentang
penggusuran. ‘Sore Tugu Pancoran’ bercerita tentang anak sekolah yang
menjadi penjual koran. Jadi hanya menyentuh sedikit kalangan. Tetapi
lagu percintaan-lah yang menjadi hits di radio-radio seperti lagu ‘Yang
Tersendiri’ karya Tommy dan Marie.
Lagu-lagunya adalah ‘Sore Tugu Pancoran’, ‘Aku Antarkan’, ‘Ujung
Aspal Pondok Gede’, ‘Tince Sukarti Binti Machmud’, ‘Yang Tersendiri’,
‘Angan dan Ingin’, ‘Berapa’, ‘Damai Kami Sepanjang Hari’, ‘Intermezo’,
‘Cik’.
(KPJ) Kelompok Penyanyi Jalanan (1985)
Album ini dapat dibilang bagi-bagi rezeki antara Iwan Fals dengan
kawan-kawannya sesama pengamen yang tergabung dalam Kelompok Pengamen
Jalanan (KPJ). Dengan menggunakan nama Iwan Fals yang sudah terkenal,
KPJ membuat album ini didukung oleh Herry Lintauw, Anto Baret, Swartato,
Eko Partiteur. Iwan sendiri hanya bernyanyi penuh pada lagu ‘Kembang
Pete’, ‘Kupaksa Untuk Melangkah’, dan ‘Dua Menit Sepuluh Detik’. Sawung
Jabo turut berpartisipasi dalam lagu ‘Penari Jalanan’.
Lagu yang ada pada album ini adalah ‘Kembang Pete’, ‘Kupaksa Untuk
Melangkah’, ‘Senandung Istri Bromocorah’, ‘Kaum Urbanis’, ‘Krisis
Pemuda’, ‘Serenade’, ‘Sumbang’, ‘Warijem Dan Tukiman’, ‘Penari Jalanan’,
‘Dua Menit Sepuluh Detik’.
Ethiopia (1986)
Diilhami dari bencana kelaparan di Ethiopia, album ini cukup laris
dipasaran karena peredarannya sangat pas dengan momen tersebut. Ada lagu
‘Willy’ yang bercerita tentang sahabat Iwan yaitu WS.Rendra yang
kabarnya mengasingkan diri karena dicekal oleh pemerintah sebab
puisi-puisinya yang keras. Lagu ‘Tikus-Tikus Kantor’ yang liriknya
menarik dan lucu sangat sesuai dengan kenyataan. Dan lagu ’14-4-84’,
konon lagu ini sempat dilarang dinyanyikan oleh aparat kepolisian saat
Iwan konser di Sumatera, terjadi perdebatan namun tetap dilarang
dinyanyikan dengan alasan yang tidak jelas. Kalau diperhatikan lirik
lagu ini hanya bercerita tentang cinta dan bangganya Iwan kepada istri
dan anaknya. Sampai sekarang alasan pelarangan itu tidak jelas dan tidak
masuk akal.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Ethiopia’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Tikus
Tikus Kantor’, ‘14-4-84’, ‘Willy’, ‘Entah’, ‘Kontrasmu Bisu’, ‘Berandal
Malam Di Bangku Terminal’, ‘Lonteku’, ‘Bunga Bunga Kumbang Kumbang’.
Aku Sayang Kamu (1986)
Album ini meledak dipasaran karena lagu ‘Aku Sayang Kamu’ yang cocok
dengan remaja yang sedang kasmaran, dan saat itu lagu-lagu cinta banyak
yang ‘cengeng’, Iwan menciptakan lagu cinta dengan musik gembira dan
lirik gamblang. Musik directornya Bagoes A.A., lagu-lagunya begitu
nge-pop. Selama beberapa bulan lagu ini menduduki puncak tanggal lagu di
radio-radio. Pada album ini sebenarnya sudah siap untuk dimasukkan lagu
yang berjudul Anissa. Tetapi entah mengapa lagu yang berkisah tentang
istri Iwan Fals yang sedang mengandung anak keduanya tidak jadi
ditampilkan. Kemungkinan adalah begitu gamblangnya kata-kata pada lirik
lagu ini yang cukup keras. Pada sampul album ini pada bagian penata
musik, judul lagu Anissa tertera disana.
Isinya adalah ‘Aku Sayang Kamu’, ‘Gali Gongli’, ‘Timur Tengah I’,
‘Jangan Tutup Dirimu’, ‘Selamat Tinggal Malam’, ‘Ya Hui Ha He Ha’,
‘Yayaya Oh Ya’, ‘Lho’, ‘Timur Tengah II’, ‘Kota
Lancar (1987)
Album ini dikerjakan Iwan bersama sahabat lamanya yaitu Dama Gaok dan
Maman Piul. Hits ‘Lancar’, ‘Kereta Tua’ dan ‘Nenekku Okem’ memiliki
irama country khas Iwan. Pada lagu ‘Yakinlah’ Iwan berduet dengan Elly
Sunarya.
Lagu-lagu pada album ini adalah ‘Lancar’, ‘Kuli Jalan’, ‘Kereta Tua’,
‘Columbia’, ‘Yakinlah’, ‘Kota’, ‘Sentuhan’, ‘Cantik Munafik’,
‘Nelayan’, ‘Nenekku Okem’.
Wakil Rakyat (1987)
Album yang musiknya digarap Bagoes A.A. ini meledak dipasaran
menjelang pemilu dan menimbulkan kontroversi yang hebat. Iwan kembali
membangkang setelah sekian album melunak kembali dia menjadi ‘nakal’.
Lagu ‘Wakil Rakyat’ yang mengisahkan wakil rakyat yang suka tidur waktu
rapat ditanggapi sinis oleh penguasa. Lagu ini bahkan sempat di cekal
tidak boleh ditayangkan di televisi karena dianggap mengganggu
stabilitas politik. Namun Iwan dan Musica tidak kurang senjata, hits
‘Mata Indah Bola Pingpong’ menjadi cadangan yang tidak kalah larisnya.
Radio-radio meletakkan lagu ini pada puncak tangga lagu Indonesia selama
beberapa bulan. Juga ada lagu ‘Potret Panen’ yang berkisah tentang
bencana hama wereng yang menghabiskan panenan padi petani.
Lagu-lagunya adalah ‘Mata Indah Bola Pingpong’, ‘Surat Buat Wakil
Rakyat’, ‘Teman Kawanku Punya Teman’, ‘Emak’, ‘Potret Panen Mimpi
Wereng’, ‘Diet’, ‘Libur Kecil Kaum Kusam’, ‘Dimana’, ‘Guru Zirah’,
‘PHK’.
Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu
Tidak ada lagu baru di album ini. Hanya lagu lama yang dinyanyikan
ulang yaitu lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang Tersendiri’,
‘Sebelum Kau Bosan’ dan ‘Aku Antarkan’. Selebihnya hanya lagu lama dan
single ‘Kemesraan’ karya Franky S versi keroyokan dengan artis-artis
Musica diikutkan dalam album ini. Music directornya Bagoes A.A. Pada
album ini suara Iwan lebih berat dan tidak ‘nyempreng’ seperti
sebelumnya. Disini Iwan mulai mengalami perubahan gaya vokal dan musik.
Lagu ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’ mencetak hits, karena versi baru
ini terus terang lebih enak didengar.
Lagu-lagunya adalah ‘Antara Kau Aku Dan Bekas Pacarmu’, ‘Yang
Tersendiri’, ‘Sebelum Kau Bosan’, ‘Jalan Yang Panjang Berliku’, ‘Jangan
Tutup Dirimu’, ‘Kemesraan’, ‘Nyanyianmu’, ‘Maaf Cintaku’, ‘Entah’, ‘Aku
Antarkan’.
1910 (1988)
Kedekatan Iwan Fals dengan Ian Antono semakin akrab pada album ini.
Iwan mempercayakan Ian menjadi music director, seketika warna musik Iwan
berubah menjadi lebih nge-rock dan garang. Lagu ‘1910’ yang
menceritakan tentang kecelakaan kereta api di Bintaro pada tanggal 19
Oktober dibawakan Iwan dengan gaya bernyanyi yang tidak seperti
biasanya. Iwan seperti mendapat atmosfir baru pada lagu-lagunya yang
lebih terkesan dewasa. Album ini mendapat sambutan positif. Beberapa
lagunya meledak dan album ini mencatat penjualan yang besar. Lagu ‘Buku
Ini Aku Pinjam’ yang ternyata ‘titipan’ produser kepada Iwan agar
dibuatkan lagu untuk remaja, dan kabarnya Iwan sebenarnya enggan dan
terpaksa menulis lagu ini hanya untuk menyenangkan produser ternyata
meledak luar biasa. Posisi teratas tangga lagu tidak tergeser selama
beberapa bulan di radio-radio, membuktikan bahwa Iwan memiliki nilai
jual yang tinggi. Lagu lainnya seperti ‘Ibu’ dan ‘Pesawat Tempurku’ juga
sempat menduduki top 10 tangga lagu Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’, ‘Ada Lagi Yang
Mati’, ‘Ibu’, ‘Mimpi Yang Terbeli’, ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’,
‘Nak’, ‘Semoga Saja Kau Benar’, ‘Engkau Tetap Sahabatku’, ‘Pesawat
Tempurku’, ‘1910’.
Mata Dewa (1989)
Album ini adalah gebrakan terbesar sepanjang sejarah musik Iwan Fals.
Setiawan Djodi selaku pemilik Airo Records tertarik dengan kolaborasi
Iwan dan Ian Antono pada album 1910. Dia mengajak Iwan dan Ian bergabung
dibawah bendera perusahaan rekamannya untuk membuat album Mata Dewa.
Kebetulan kontrak Iwan dengan Musica sudah berahir.
Album ini dikerjakan dengan sangat profesional didukung teknologi
yang canggih. Hasilnya, luar biasa, meledak dipasaran. Vokal Iwan
menjadi lebih nge-rock, musiknya kental dengan nuansa rock – ballads.
Sebenarnya pada album ini sebagian adalah lagu lama yang di aransmen
ulang dengan gaya vokal Iwan yang berbeda. Lagu ‘Mata Dewa’ menjadi
hits, pada lagu ini Setiawan Djodi ikut menjadi backing vokal, lagu
‘Nona’, ‘Air Mata Api’, hebat. Lagu lama yang di aransmen ulang adalah
‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘PHK’, ‘Bakar (atau Timur Tengah II)’,
dikerjakan dengan serius dan bermutu. Lagu lama yang menjadi super hits
di album ini adalah lagu ‘Yang Terlupakan’.
Setiawan Djodi menghabiskan banyak dana untuk album ini karena
ternyata dia memang salah satu fans berat Iwan Fals. Dan hasilnya tidak
sia-sia.
Yang mengecewakan adalah, agenda promosi album dengan melakukan tur
100 kota di Indonesia tiba-tiba dibatalkan oleh kepolisian dengan alasan
keamanan, karena konser tunggal Iwan sebelumnya selalu berbuntut
kerusuhan. Padahal izin sudah dipegang dan alat-alat sudah dikirim ke
lokasi konser, persiapan sudah matang tinggal show saja.
Lobi-lobi dilakukan oleh Setiawan Djodi yang dikenal dekat dengan
penguasa tetap mental. Kabarnya penguasa saat itu tidak mau nama besar
Iwan Fals semakin berkibar dengan dukungan finansial yang luar biasa
dari Djodi. Ahirnya konser tetap batal dan semua menerima dengan berat
hati. Iwan sendiri setelah kejadian ini menjadi ngambek dan hampir putus
asa tidak mau bernyanyi lagi.
Lagu dalam album ini adalah ‘Mata Dewa’, ‘PHK’, ‘Nona’, ‘Air Mata
Api’, ‘Bakar’, ‘Puing’, ‘Berkacalah Jakarta’, ‘Yang Terlupakan’,
‘Perempuan Malam’, ‘Pinggiran Kota Besar’.
SWAMI (1989)
Setelah pelarangan konser 100 kota, diam-diam Setiawan Djody
mempersiapkan proyek ‘rahasia’. Djodi membentuk sebuah grup band yang
bernama Swami dengan Iwan Fals sebagai vokalisnya. Didukung oleh musisi
top seperti Sawung Jabo, Naniel, Innisisri, album ini dikerjakan dengan
serius dan matang. Tanpa banyak gembar gembor, album ini diluncurkan.
Pada sampul album ini nama Iwan Fals dicantumkan diatas nama Swami,
rupanya Djodi merasa tanpa nama Iwan album tidak akan dilirik. Hasilnya,
orang penasaran membeli album karena ada nama Iwan Fals bukan karena
nama Swami yang tidak dikenal sama sekali. Album ini secara tiba-tiba
meledak dipasaran, angka penjualannya sangat tinggi, konon mencapai 800
ribu kopi dalam sebulan padahal tanpa promosi besar-besaran. Ternyata
yang menyebabkan laku keras adalah nama Iwan Fals dan lagu yang
dibawakan yaitu ‘Bento’ dan ‘Bongkar’. Lagu ini sangat keras dan menikam
liriknya. Sebentar saja lagu ‘Bento’ menjadi ‘trade mark’ Iwan Fals.
Dimana ada Iwan disitu ada ‘Bento’, penjualan kaus, poster dan segala
pernak-pernik bertuliskan Iwan, Swami, Bento laku keras di kaki-kaki
lima. Sampai sekarangpun siapa yang tidak tahu lagu ‘Bento’ dan
mendengar kata ‘Bento’ pasti identik dengan Iwan Fals. Hal yang tidak
disangka oleh Djodi dan kawan-kawan. Bagi Iwan sendiri bisa dibilang ini
adalah puncak kejayaan karir bermusiknya. Tetapi selalu saja ada
kerikil yang menghadang, penguasa rupanya agak panas telinganya
mendengar lagu Bento yang katanya sih dianggap menghina Tommy Soeharto
anak presiden saat itu (Soeharto). Namun berkat dukungan kuat Setiawan
Djody, kerikil itu tidak terlalu mengganggu dan dapat disingkirkan.
Lagu pada album ini ‘Bento’, ‘Bongkar’, ‘Badut’, ‘Eseks Eseks Udug
Udug-Nyanyian Ujung Gang’, ‘Potret’, ‘Bunga Trotoar’, ‘Oh Ya’, ‘Condet’,
‘Perjalanan Waktu’, ‘Cinta’.
Kantata Takwa (1990)
Menyusul sukses album Swami, ambisi Setiawan Djodi dalam musik
semakin meluap. Didukung musisi dari Swami ditambah dengan WS.Rendra dan
Kelompok Bengkel Teater juga Jocky S., Djodi membentuk band baru lagi
yang bernama Kantata Takwa. Vokalis utama tetap Iwan Fals. Album perdana
ini dikerjakan lebih gila lagi dari album lainnya, konsep musik yang
fenomenal dan megah mengantarkan grup ini menjadi grup papan atas yang
tidak ada bandingannya. Album ini benar-benar hebat dan menjadi album
paling dicari saat itu. Mungkin kita masih ingat bagaimana ratusan orang
sampai harus antri di toko-toko kaset hanya untuk membeli kaset ini.
Konsep musik dan seni yang fenomenal ini tidak lepas dari kerjasama yang
kompak, Iwan menyanyikan lagu yang liriknya sangat puitis yang sebagian
dikerjakan oleh Rendra dengan semangat totalitas yang tinggi, dipadu
dengan musik yang jelas bukan kerjaan pemusik kacangan. Konser-konser
Kantata yang digelar sampai membludak penontonnya. Airo Records meraup
keuntungan yang luar biasa dari proyek ini. Dan lagi-lagi Iwan Fals lah
yang memegang peranan utama.
Sampai saat ini album ini belum ada tandingannya dan tidak ada yang bisa menyamai baik dalam lagu maupun liriknya.
Lagu pada album ini adalah ‘Kantata Takwa’, ‘Kesaksian’, ‘Orang Orang
Kalah’, ‘Paman Doblang’, ‘Balada Pengangguran’, ‘Nocturno’, ‘Gelisah’,
‘Rajawali’, ‘Air Mata’, ‘Sang Petualang’.
Cikal (1991)
Sukses dengan Swami dan Kantata, Iwan lantas tidak menjadi malas.
Dibawah bendera Indo Music Box Iwan meluncurkan album Cikal. Cikal
adalah nama putri Iwan yang ke dua. Iwan merasa tidak adil kalau galang
putra pertamanya dia buatkan lagu, lantas putri keduanya kenapa tidak.
Meskipun terlambat (cikal lahir tahun 80-an), maka cikal dibuatkan album
khusus untuknya. Namun jangan dikira album ini isinya puji-pujian
kepada anak dengan bahasa yang sederhana, lirik dalam album ini begitu
dalam dan berat, kental nuansa seni tingkat tinggi. Pendukung dalam
album juga bukan musisi sembarangan, ada Gilang Ramadhan, Cok Rampal,
Totok Tewel, Embong Raharjo, Mates dan Mahesa Ibrahim. Musik yang
ditampilkan jauh berbeda dengan Kantata atau Swami, aroma flute dan
perkusi terasa jelas disini.
Sayang album ini tidak begitu laku dipasaran, mungkin tidak semua
orang bisa menerima gaya musik yang ada di album ini. Tetapi sekarang
album ini malah menjadi salah satu album yang dicari penggemar Iwan
Fals, karena sudah jarang ada di toko kaset.
Lagu-lagunya adalah ‘Intro’, ‘Untuk Yani’, ‘Cikal’, ‘Pulang Kerja’,
‘Alam Malam’, ‘Ada’, ‘Untuk Bram’, ‘Cendrawasih’, ‘Proyek 13’, ‘….’.
SWAMI II (1991)
Setiawan Djodi kembali mengajak Iwan Fals membuat album Swami jilid
II. Namun album ini tak seheboh album yang pertama. Penjualannya
biasa-biasa saja. Hits nya juga kurang menarik dibawakan oleh Sawung
Jabo. Iwan Fals sendiri malah tidak menjadi vokalis utama pada hits yang
dipromokan. Ada satu lagu yang agak lumayan yang dinyanyikan Iwan yaitu
lagu ‘Nyanyian Jiwa’ dan ‘Kebaya Merah’. Pada cover album, nama Iwan
tidak ditampilkan tidak seperti album Swami yang perdana.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Hio’, ‘Kuda Lumping’, ‘Kebaya Merah’,
‘Robot Bernyawa’, ‘Na Na Na Na’, ‘Nyanyian Jiwa’, ‘Sangkala’, ‘Koran’,
‘Rog Rog Asem’.
Belum Ada Judul (1992)
Album ini menjadi salah satu masterpiece dari Iwan Fals, karena
proses rekamannya secara live tanpa di edit. Dan Iwan hanya bernyanyi
pakai gitar dan Harmonika yang dimainkan sendiri, tanpa musik pengiring
tanpa backing vokal. Hits dalam album ini adalah ‘Belum Ada Judul’, lagu
yang sederhana namun dalam maknanya. Kesederhanaan Iwan disini tetap
menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, album Iwan
tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan
Fals.
Lagu-lagunya ‘Belum Ada Judul’, ‘Besar Dan Kecil’, ‘Iya Atau Tidak’,
‘Mereka Ada Dijalan’, ‘Potret’, ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’,
‘Ikrar’, ‘Aku Disini’, ‘Mencetak Sawah’, ‘Panggilan Dari Gunung’,
‘Coretan Dinding’.
Hijau (1992)
Disini Iwan dan beberapa musisi seperti Heirrie Buchaery, Jerry
Soedianto, Cok Rampal, Bagoes AA, Iwang Noorsaid, Arie Ayunir dan Jalu
mencoba membuat konsep musik yang sangat alam dipayungi bendera Pro
Sound. Bagi sebagian orang yang mendengar musik ini mungkin mengatakan
aneh, tapi inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang
manapun. Album ini sekarang menjadi buruan para fans Iwan Fals juga
kolektor musik, karena mulai jarang ada di pasaran.
Lagu-lagunya adalah ‘Lagu Satu’, ‘Lagu Dua’, ‘Lagu Tiga’, ‘Lagu Empat’, ‘Lagu Lima’, ‘Lagu Enam’, ‘Hijau’.
Dalbo (1993)
Iwan dan musisi pendukung dalam grup Swami membentuk grup band Dalbo,
musiknya sederhana namun berbobot. Sayang penjualan album ini tidak
terlalu laku.
Lagu-lagunya adalah ‘Hura Hura Huru Hara’, ‘Kwek Kwek Kwek’, ‘Ini Si
Trendy’, ‘Sudrun’, ‘Dunia Binatang’, ‘Hua Ha Ha’, ‘Karena Kau Bunda
Kami’, ‘Aku Bosan’, ‘Bidadari Senjakala’, ‘Dalbo’.
Orang Gila (1994)
Bersama Billy J. Budiharjo Iwan membuat album baru yang dari judulnya
sudah menarik perhatian. ‘Orang Gila’ menjadi hits yang lumayan laku
bersama lagu ‘Awang Awang’ dan ‘Satu Satu’. Pada album ini Iwan seperti
agak kehilangan jati dirinya, meskipun suaranya tetap lantang dan
berbobot, namun mulai terasa ada yang berubah pada diri Iwan.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Orang Gila’, ‘Awang Awang’, ‘Satu Satu’,
‘Lagu Cinta’, ‘Doa Dalam Sunyi’, ‘Lingkaran Hening’, ‘Puisi Gelap’,
‘Menunggu Ditimbang Malah Muntah’.
Anak Wayang (1994)
Iwan Fals bersama Sawung Jabo meluncurkan album Anak Wayang ini untuk
mengisi kekosongan yang ada, Iwan yang mulai gelisah berkarya, dibantu
oleh Jabo untuk bangkit. Hasilnya album ini yang sederhana dan berbobot.
Lagu dalam album ini ‘Lingkaran Aku Cinta Padamu’, ‘Dihatimu Aku
Berlindung’, ‘Anak Wayang’, ‘Nasib Nyamuk’, ‘Jogja’, ‘Telaga Dan
Bencana’.
Terminal (1994)
Single yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono.
Kabarnya single ini dimunculkan sebagai rasa terima kasih Iwan Fals
kepada Franky S yang pernah memberikan lagu Kemesraan untuk dinyanyikan
Iwan Fals. Seperti diketahui single Kemesraan menjadi booming setelah
dinyanyikan Iwan Fals bersama artis-artis Musica, walaupun sebenarnya
lagu ini sudah pernah dibawakan oleh Franky dan Jane juga oleh Iwan Fals
duet dengan Titiek Hamzah tetapi kurang mendapatkan respon pasar. Iwan
Fals merasa mempunyai hutang budi sehingga membuat lagu Terminal untuk
dinyanyikan bersama Franky S dan musiknya dikerjakan Ian Antono.
Mata Hati (1995)
Single yang musiknya dikerjakan oleh Ian Antono. Dikemas dalam bentuk
album yang dipadu dengan lagu-lagu lama Iwan Fals, pada side B diisi
lagu dari pendatang baru yang bernama Bobby Eress. Lagu ini sendiri
musiknya cukup sederhana namun liriknya sangat mewah, dan pantas menjadi
salah satu single terbaik milik Iwan Fals. Penjualannya mungkin tidak
sebagus single-single yang lain mungkin dikarenakan hanya ada satu lagu
baru dan lagu Iwan fals hanya ada sedikit sisanya lagu milik penyanyi
lain.
Orang Pinggiran (1995)
Single yang dinyanyikan bersama Franky S dan musik oleh Ian Antono.
Merupakan lanjutan kerjasama mereka setelah meluncurkan single Terminal
yang sukses dipasaran. Single Orang Pinggiran juga mendapat respon
positif di dunia musik Indonesia. Angka penjualannya termasuk tidak
mengecewakan.
Lagu Pemanjat (1996)
Single ini dipesan oleh komunitas penggemar panjat tebing, dipakai
sebagai lagu wajib komunitas tersebut. Kecintaan Iwan Fals pada alam
dianggap dapat mewakili. Album ini dikemas dalam konsep yang sederhana
menggunakan sampul dari kertas daur ulang. Album ini sekarang sangat
jarang di jual sehingga menjadi salah satu buruan para fans dan
kolektor. Iwan hanya menyanyikan lagu ‘Lagu Pemanjat’ selebihnya
dinyanyikan oleh Cok Rampal dan Harry Suliztiarto.
Lagu-lagunya ‘Lagu Pemanjat’, ‘Pada Batu Dalam Diam’, ‘Yang Mana
Jalan Ke Situ’, ‘Kudatangkan Tubuhmu’, ‘Lagu Lama Gaungnya Rata’, ‘8,8
mm Dalam Kuasamu’, ‘Iya Memang Kamu’, ‘Cair Lalu Mencari’.
Kantata Samsara (1998)
Melanjutkan sukses Kantata Takwa, Setiawan Djodi kembali mengajak
Iwan Fals dan kawan-kawan meluncurkan album Kantata Samsara. Album ini
sejenis dengan Kantata Takwa, sama fenomenalnya dan megah. Namun pada
setiap konser yang digelar dengan megah dan mewah selalu dikotori dengan
ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Pada puncaknya saat konser di
Senayan tanggal 6 Juli 1998, konser terpaksa dihentikan karena terjadi
kerusuhan besar. Kejadian ini semakin memojokkan citra Iwan Fals yang
selalu dianggap biang kerusuhan, Iwan pun membantah, apa alasannya Iwan
dituduh penyulut kerusuhan. Dan timbul kabar, memang kerusuhan sengaja
‘dibuat’ karena persaingan dan melibatkan kepentingan politik tertentu.
Lagu dalam album ini adalah ‘Samsara’, ‘Nyanyian Preman’, ‘Pangeran
Brengsek’, ‘Anak Zaman’, ‘Lagu Buat Penyaksi’, ‘Panji-Panji Demokrasi’,
‘Asmaragama’, ‘Songsonglah’, ‘Langgam Lawu’, ‘Bunga Matahari’, ‘For
Green And Peace’.
Best Of The Best (2000)
Pada album ini Iwan mengaransemen ulang dua buah lagu lamanya yaitu
lagu ‘Entah’ dan ‘Kumenanti Seorang Kekasih’. Selebihnya hanya kumpulan
lagu-lagu lama. Album ini cukup sukses dipasaran, wajar dirindukan
penggemarnya karena cukup lama Iwan tidak tampil setelah anak pertamanya
Galang Rambu Anarki meninggal dunia. Dalam album ini Iwan seperti lahir
kembali, gaya vokalnya berubah, namun tetap berbobot. Iwan kembali
dipayungi bendera Musica.
Suara Hati (2002)
Iwan Fals benar-benar lahir kembali, setelah di album sebelumnya
orang bertanya-tanya karena Iwan hanya mengaransemen ulang lagu-lagu
lama, pada album ini seluruhnya benar-benar baru. Mulai lagu, vokal,
musik, benar-benar fresh.
Album ini menjawab pertanyaan tentang kevakuman Iwan dalam bermusik.
Lagu-lagu pada album ini berbobot, namun liriknya lebih dewasa tidak
senakal dahulu. Iwan menjadi lebih profesional, karena telah memiliki
manajemen pribadi yang digawangi oleh istrinya (Rossana). Iwan mulai
rajin menggelar konser baik di TV maupun outdoor, dan rata rata sukses
tanpa kerusuhan.
Album ini berisi lagu ‘Kupu Kupu Hitam Putih’, ‘Hadapi Saja’, ‘Suara
Hati’, ‘Untukmu Negeri’, ‘Doa’, ‘15 Juli 1996’, ‘Belalang Tua’, ‘Untuk
Para Pengabdi’, ‘Seperti Matahari’, ‘Dendam Damai’, ‘Di Ujung Abad’.
In Collaboration With (2003)
Luar biasa, hanya kata itu yang dapat diungkapkan untuk menanggapi
album ini. Album ini mendapat triple platinum karena penjualan
terbanyak, mendapat penghargaan sebagai album terbaik dan single
terbaik. Album ini adalah kolaborasi Iwan dengan musisi muda berbakat
seperti Pongky (Jikustik), Eross (Sheila On 7), Harry Roesli, Aziz
(Jamrud), Piyu (Padi), Ahmad Dhani (Dewa), Tohpati, Kikan (Coklat),
Heirrie Buchaery. Hits ‘Aku Bukan Pilihan’ meledak dipasaran, dan Iwan
Fals perlahan dan pasti semakin memantapkan diri sebagai musisi papan
atas dan legenda hidup musik Indonesia.
Album ini berisi lagu-lagu ‘Aku Bukan Pilihan’, ‘Senandung Lirih’,
‘Rinduku’, ‘Hadapi Saja (new version)’, ‘Sesuatu Yang Tertunda’, ‘Sudah
Berlalu’, ‘Kupu Kupu Hitam Putih (new version)’, ‘Suara Hati (new
version)’, ‘Belalang Tua (new version)’, ‘Ancur’.
Manusia Setengah Dewa (2004)
Hebat, inilah aslinya Iwan Fals. Album ini dikerjakan hanya dengan
suara Iwan dan Gitar akustik yang dimainkan sendiri. Jadi teringat album
Belum Ada Judul. Lirik lirik nakal dan pedas kembali terdengar disini.
Iwan Fals seperti ingin kembali ke masa awal karirnya dahulu, walaupun
bahasa yang digunakan lebih ke arah kiasan, namun masih dapat dengan
gamblang diterima. Inilah Iwan Fals sebenarnya. Yang menarik dalam album
ini adalah, setelah album siap diedarkan, Iwan Fals ternyata baru
menyadari bahwa dia lupa memainkan harmonika dalam lagu-lagunya, dan
album tetap diedarkan karena sudah tidak mungkin melakukan rekaman
ulang. Namun ada sedikit masalah pada peredaran album ini yaitu cover
depannya diprotes umat Hindhu karena menampilkan gambar salah satu dewa
mereka. Cover depan itu adalah lukisan dari saudara tiri Iwan Fals. Iwan
Fals merasa bertanggung jawab, bersama Musica dengan cepat dia
menghentikan peredaran kasetnya.
Lagu dalam album ini adalah ‘Asik Nggak Asik’, ‘Manusia Setengah
Dewa’, ‘17 Juli 1996’, ‘Dan Orde Paling Baru’, ‘Buktikan’, ‘16 Juli
1996’, ‘Ngeriku’, ‘Matahari Bulan Dan Bintang’, ‘Desa’, ‘Para Tentara’,
‘Mungkin’, ‘Politik Uang’.
Iwan Fals In Love (2005)
Album ini muncul ahir tahun 2005 tanpa banyak promosi, hanya berisi
dua buah lagu baru yaitu ‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ karya Rieka Roslan
diaransemen oleh Erwin Gutawa dan ‘Selamat Tidur Sayang’ karya Titiek
Puspa yang diaransemen oleh Andi Rianto. Selebihnya lagu lama. Single
‘Ijinkan Aku Menyayangimu’ yang sempatr menjadi soundtrack sebuah
sinetron sepertinya ingin mengulang sukses single ‘Aku Bukan Pilihan’.
Iwan Fals Dan Indra Lesmana (2006)
Pada pertengahan tahun 2006 Iwan Fals berkolaborasi dengan Indra
Lesmana, menampilkan dua buah lagu baru dengan sentuhan musik yang
berbeda yaitu lagu Haruskah Pergi dan Selancar. Peredaran lagu ini
terkesan terbatas dan ekslusif, yaitu diedarkan oleh Independent Music
Portal (Import). Untuk memilikinya dengan cara membeli melalui SMS yang
akan dipotong pulsa Rp.5000,- untuk setiap lagu yang didownload dari
website Import. Secara keseluruhan dua lagu baru Iwan Fals ini sangat
berkualitas dan berbobot baik materi musik, pengerjaannya juga liriknya.
50:50 (2007)
Album dari Iwan Fals sang maestro musik Indonesia yang diluncurkan
pada awal bulan April 2007 ini dikemas dengan titel 50:50, dapat
diartikan bahwa dari 12 lagu disini 6 buah diciptakan oleh Iwan Fals dan
6 sisanya diciptakan oleh musisi lain seperti Bongky (BIP), Dewiq,
Opick, Pongky (Jikustik), Digo, dan Yockie/Remy Soetansyah. Album ini
memiliki perpaduan yang seimbang antara lagu bertema cinta dan yang
bertema kritik sosial.
Album ini dikemas dengan aransemen musik modern dan berkualitas
tinggi yang dikerjakan oleh musisi profesional seperti Bongky, Addie MS,
Yockie Suryo Prayogo, Erwin Gutawa, Bagoes A.A dan Andi Bayou.
Tidak menjadi muluk apabila menyatakan album ini layak untuk menjadi
koleksi dan dapat disejajarkan dengan karya cipta profesional pemusik
Indonesia berkelas lainnya.
Secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini cukup enak untuk
dinikmati baik oleh penggemar Iwan Fals maupun masyarakat penikmat musik
baik tua maupun muda.
Lagu-lagu dalam album ini adalah: ‘Mabuk Cinta’, ‘Masih Bisa Cinta’,
‘Yang Tercinta’, ‘Tak Pernah Terbayangkan’, ‘Apakah Aku Benar – Benar
Memiliki Kamu’, ‘Rubah’, ‘KaSaCiMa’, ‘Pulanglah’, ‘Ini Bukan Mimpi’,
‘Ikan-Ikan’, ‘Negara’, ‘Cemburu’.
Untukmu Terkasih (2009)
Setelah menunggu sekian tahun, akhirnya Iwan Fals merilis album
barunya pada bulan Juli 2009, lebih tepatnya ini adalah mini album
karena hanya berisi dua buah lagu yaitu Untukmu Terkasih dan Merdeka.
Dan pada album ini, Iwan Fals sudah lepas dari label Musica. Dia
sekarang digandeng oleh Falcon Music.
Album ini baru tapi lama, sebab kedua lagu didalamnya sudah
diperkenalkan kepada publik sejak lama lewat konser-konser maupun dijual
melalui Ring Back Tone telepon selular. Lagu ‘Untukmu Terkasih’ adalah
karya Fajar Budiman, sedangkan ‘Merdeka’ adalah karya Iwan Fals yang
sudah sering dinyanyikan pada live konsernya sejak tahun 90-an.
KESEIMBANGAN (2010)
Saya tidak bisa banyak berkata-kata setelah mendengar lagu-lagu dalam CD
album terbaru Iwan Fals Keseimbangan yang launching pada 20 Februari
2010 di rumahnya desa Leuwinanggung Depok. Beberapa kali memutar dua
belas lagu yang ada saya cukup berkomentar bahwa album ini kaya dengan
musik. Tentu saja tetap diimbangi dengan materi lagu yang berkualitas
dengan lirik-lirik yang sebagian kritis, namun lebih didominasi dengan
lagu-lagu yang memberi pesan untuk kelestarian alam.
Album Keseimbangan ini sebenarnya memuat sepuluh lagu ‘lama’ dan dua
lagu baru. Lagu lama yang saya maksud adalah lagu-lagu uncommercial Iwan
Fals yang rekaman livenya banyak dimiliki penggemar. Namun lagu-lagu
itu semua dikemas dalam racikan baru, fresh, clingg.. Dua lagu baru yang
tidak pernah saya dengar sebelumnya adalah lagu Ya Allah Kami dan lagu
berjudul unik, ^O^ yang disini mbak Yos (istri Iwan) ikut menjadi
backing vocal.
Pada paragraf awal saya katakan album ini kaya dengan musik, mungkin
karena ada Totok Tewel sebagai lead guitar yang membuat musiknya terasa
berbingkai rock?. Namun tentu saja semua pemain band berperan besar
dalam hidupnya lagu-lagu dalam album ini yaitu mas Heirrie (bass – yang
juga melakukan mixing), mas Edi (keyboard) serta mas Deni (drum).