E- Learning Perkembangan Pendidikan Di Indonesia
Perkembangan teknologi yang semakin canggih
kini telah mengubah dunia pendidikan. Pembelajaran yang dulunya
menggunakan cara konvensional berangsur-angsur berubah menjadi modern.
Penggunaan alat-alat teknologi dalam pembelajaran memberikan banyak
manfaat kepada peserta didik ataupun pendidik. Namun di balik itu semua,
banyak pula dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut. Selain
berbagai kendala, bangsa kita, secara mental juga kurang siap dalam
menghadapi tantangan jaman yang penuh inovasi. Banyak hal yang dapat kita lakukan sekarang. Meski masih sangat
sulit, kita harus berusaha memperbaharui diri menjadi lebih baik. Sebisa
mungkin selalu mengikuti perkembangan jaman agar kita tidak tertinggal
oleh negara-negara lain. Caranya sederhana saja, mulailah dari sekarang
dan dari hal yang kecil. Dalam esai ini disajikan beberapa penerapan
e-learning di Indonesia. Kemajuan bangsa tergantung kepada generasi
mudanya. Generasi muda yang berkualitas bertitik tolak pada pendidikan
di negara tersebut. Menjadi Indonesia yang lebih baik berarti
meningkatkan kualitas pendidikan kita sesuai dengan perkembangan jaman.
Teknologi yang saat ini terkenal dalam pendidikan adalah e-learning.
Bergegaslah untuk menyesuaikan diri dengan teknologi pendidikan yang
lebih baik. Dewasa ini perkembangan teknologi sangat pesat. Hal ini mengubah
paradigma masyarakat dalam mencari informasi. Kini, untuk mencari
informasi tidak hanya terbatas pada surat kabar, audio visual dan
elektronik, tetapi juga melalui sumber informasi lain diantaranya
jaringan internet. Perkembangan teknologi tersebut juga memberi dampak pada pendidikan,
yang mana pendidikan merupakan proses komunikasi dan informasi antara
pendidik dan siswa. Oleh karena itu, tercetuslah ide tentang e-learning.
E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika, khususnya komputer. Dalam hal ini, e-learning
tidak dapat dipisahkan dari jaringan internet, karena media tersebut
yang dijadikan sarana penyajian ide. E-learning sering pula dipahami
sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari
intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-learning
tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal
maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun
termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD,
selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di
tempat di mana dia berada. E-learning adalah sistem atau konsep
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar
mengajar. Jadi teknologi informasi berperan besar di sini.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-learning sebagai berikut :
1. Pembelajaran jarak jauh
E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus
secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang,
sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain,
di kota lain bahkan di negara lain. Pembelajar belajar dari komputer di
rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan
Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi
belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di
kampus/universitas. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan
tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
2. Pembelajaran dengan perangkat komputer
E-learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada
umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan
koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang
terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat
berpartisipasi dalam e-learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut
berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran
dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan
kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
3. Pembelajaran formal vs. informal
E-learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal.
E-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum,
silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun
berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola
e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya
tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada
karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas
dan perusahaan-perusahaan yang memang bergerak di bidang penyediaan
jasa e-learning untuk umum. E-learning bisa juga dilakukan secara
informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana
mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau
keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut
biaya).
4. Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing
Walaupun sepertinya e-learning diberikan hanya melalui perangkat
komputer, e-learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim
yang terdiri dari para ahli di bidang masing-masing, yaitu:
a. Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan;
b. Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan
unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih
mudah dan lebih menarik untuk dipelajari;
c. Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis
dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan
menarik untuk dipelajari;
d. Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di
website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan
siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.
Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa
mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat
jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan
pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas
dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang
diperoleh.
E-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti
juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang
oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
Dalam penerapannya, ada beberapa hal yang menghambat. Pertama, masih
kurangnya kemampuan menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran.
Hal itu dikarenakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tersebut
masih terbatas jumlahnya. Di era teknologi seperti sekarang ini, sudah
banyak orang yang dapat menggunakan internet. Akan tetapi, hanya sedikit
yang memiliki kemampuan dalam mengaplikasikannya sebagai sumber
pembelajaran. Tidak hanya kemampuan mencari informasi saja, namun juga
keterampilan untuk mengolahnya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran yang menarik. Kedua, biaya yang diperlukan masih relatif
mahal. Untuk mewujudkan e-learning, diperlukan berbagai macam perangkat
dan jaringan internet. Tentu saja ini membutuhkan banyak biaya. Di
Indonesia, universitas yang menggunakan e-learning masih bisa dihitung
dengan jari. Untuk sekolah-sekolah biasa, biaya menjadi masalah yang
krusial sehingga belum banyak sekolah yang menggunakan e-learning.
Ketiga, belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap
pembelajaran melalui internet.
Internet yang sejatinya digunakan sebagai sumber pembelajaran,
penggunaanya kurang dimaksimalkan. Hal ini seharusnya menggugah berbagai
pihak untuk berusaha menjadikan internet sebagai sumber pembelajaran.
Sudahkah perhatian itu diberikan? Keempat, belum memadainya
infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu. Seperti kita tahu,
saudara-saudara kita yang berada di daerah pedalaman, misalnya Papua,
belum mendapat pendidikan yang layak. Sehingga untuk mewujudkan
e-learning ini masih membutuhkan waktu yang panjang. Belum tersedianya
infrastruktur pendukung menjadi masalah yang perlu diselesaikan.
Misalnya saja dengan memperbanyak pembangunan sekolah, pengadaan
jaringan internet, pengadaan perangkat elektronik dan sebagainya.
Kelima, belum adanya standar minimum implementasi e-learning yang resmi
dari pemerintah. Kurang adanya rasa peduli terhadap e-learning
mengakibatkan kurang adanya aturan ataupun standar bagi pelaksanaan
e-learning di Indonesia.
Metode pendidikan lama sudah tidak efektif untuk diterapkan di masa
kini karena terbentur ruang dan waktu. E-learning adalah solusinya.
Menerapkan e-learning dapat dengan berbagai cara. Untuk menyampaikan
pembelajarannya, e-learning tidak harus selalu menggunakan internet.
Banyak media-media lain yang dapat digunakan selain internet. Seperti
intranet, cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet
pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang
luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan yang menggunakan jaringan
intranet sebagai media e-learning sehingga biaya yang disiapkan relatif
lebih murah. Model ini telah dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan
High School dengan membentuk club yang dinamai (Information Science
Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya
teknologi.
Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru untuk
menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk
membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan
kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelajaran.
Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet
sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up
to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi
pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki. Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam
pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran
yang akan disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya
sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam
bentuk power point dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi
lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari
serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi
pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Selain
sikap positif peserta didik dan tenaga kependidikan, alasan/pertimbangan
lain untuk menggunakan e-learning, di antaranya adalah karena harga
perangkat komputer yang semakin lama semakin relatif murah (tidak lagi
diperlakukan sebagai barang mewah), peningkatan kemampuan perangkat
komputer yang mampu mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan
data yang semakin besar, memperluas akses atau jaringan komunikasi,
memperpendek jarak dan mempermudah komunikasi, mempermudah pencarian
atau penelusuran informasi melalui internet.
E-learning memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
penerapan e-learning antara lain dapat meningkatkan minat siswa dalam
belajar karena disertai dengan grafik, video, gambar. Hal itu akan
meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar. Keuntungan lain
belajar dengan metode e-learning seperti menghemat waktu , menghemat
biaya perjalanan, menghemat biaya pendidikan, menjangkau wilayah
geografis yang luas dan melatih kemandirian para pelajar dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya, penerapan e-learning juga dapat memberikan efek negatif.
Hubungan antara pendidik dan siswa semakin jauh dikarenakan penggunaan
media perangkat komputer. Dengan adanya media tersebut komunikasi
pendidik dan siswa semakin berkurang.Kehadiran guru sebagai makhluk
hidup yang dapat berinteraksi secara langsung dengan para murid telah
menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini. Inilah ciri khas
dari kekurangan e-learning yang tidak bagus.
Salah satu kota yang telah menerapkan e-learning di sekolah adalah
Yogyakarta. Sebanyak 500 SD dan SMP di Yogyakarta menjadi model program
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan mutu
pendidikan nasional. Saat ini, 110 SD dan SMP di DIY sudah menerapkan
program pemanfaatan TIK. Tahun 2012, total 500 sekolah (300 SD dan 200
SMP) di DIY akan menerapkan program itu. Selain itu, prestasi yang luar
biasa dicatat oleh Tim IT SMA Negeri 1 Yogyakarta. TIM IT SMAN 1
Yogyakarta berhasil menjadi juara satu E-learning Award 2010 Tingkat
Nasional kategori sekolah yang diselenggarakan oleh Pustekkom (Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan)–Kemendiknas pada ajang
Festival Pendidikan 2010.
Di balik sebuah pembelajaran yang modern tersebut, di masyarakat kita berkembang mitos-mitos tentang e-learning, diantaranya :
1. Biaya untuk mengimplementasikan e-learning mahal
Sekolah menganggap biaya e-learning mahal, padahal aplikasi yang
diperlukan untuk mulai mengimplementasikan e-learning sangatlah murah,
bahkan bisa dikatakan gratis.
2. Membuat materi e-learning sulit dan membutuhkan waktu yang lama
Jika kita dapat mengetik pada aplikasi pengolah kata (MS Word atau
Open Office Writer), maka kita dapat membuat materi e-learning.
Penggunaan aplikasi untuk e-learning tidaklah sulit dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Jika kita sudah memiliki materi dalam
bentuk dokumen atau powerpoint, tidaklah membutuhkan tingkat kecakapan
yang tinggi maupun waktu yang lama. Dari sisi teknis tidaklah terlalu
sulit dan tidak terlalu lama dalam pembuatannya.
3. Pendidik terlalu disibukkan dengan kegiatan administratif yang menyita waktu
Mitos atau mungkin lebih tepat alasan ini paling sering kita jumpai.
Pendidik mengemukakan bahwa mereka terlalu disibukkan dengan kegiatan
administratif. Memang benar dengan perubahan kurikulum banyak sekali
kegiatan administratif yang harus dilakukan, tetapi kegiatan
administratif ini repetitif, yakni berulang-ulang dari tahun ke tahun.
Hanya membutuhkan sedikit penyesuaian dari tahun ke tahun. Dengan
menggunakan e-learning, sebetulnya konten atau materi pembelajaran dapat
satu kali dilakukan kemudian disimpan dan diupdate apabila diperlukan.
Materi pembelajaran yang disampaikan dengan e-learning justru
mempersingkat waktu pendidik untuk persiapan mengajar.
4. Peserta didik tidak memiliki akses terhadap komputer dan/atau internet
Berdasarkan data terakhir (3 Mei 2011) Indonesia perlu berbangga hati
(ataukah bersedih?) dengan menjadi negara pengguna facebook kedua
terbesar setelah Amerika Serikat. Pengguna Facebook Indonesia mencapai
36.358.100 pengguna. Dari 36 juta pengguna ini, sekitar 70% berada pada
usia belajar (Usia 18-24: 43,4%; usia 14-17: 24,6%; Usia <13: 1,8%).
Total pelajar yang tercatat pada Data Pokok Pendidikan Kemendiknas,
total pelajar di Indonesia sebanyak 41.191.778 sedangkan mahasiswa
sebanyak 4.8 juta. Ini artinya lebih dari 50% pelajar Indonesia dapat
mengakses Internet. Meskipun data pengguna Facebook ini tidak dapat
dijadikan patokan karena bisa jadi satu pelajar memiliki beberapa akun
Facebook, tetapi dapat terlihat bahwa lebih dari setengah pelajar di
Indonesia memiliki akses terhadap komputer dan/atau internet. Jumlah ini
dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat. Jika pelajar dapat
mengakses Facebook, maka mereka dapat pula mengakses konten e-learning.
Dari data tersebut timbul pertanyaan: Akankah mereka (peserta didik)
mengakses konten e-learning yang dibuat sekolah sama seperti mereka
mengakses Facebook?
5. Tidak ada interaksi antara pendidik dan peserta didik
Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Sudweeks (2008) bahwa peserta
didik belajar melalui computer-mediated communication mempengaruhi
persepsi dan meningkatkan partisipasi peserta didik dalam upaya memahami
materi yang sedang dipelajari.
Hampir semua mitos di atas memiliki kendala dari sisi teknis.
Mitos-mitos ini sedikit sekali yang berhubungan dengan pembelajaran.
Sudah saatnya sekolah dan pendidik melihat e-learning bukan dari
teknologi yang digunakan tetapi bagaimana dan kapan menggunakannya.
Di sisi lain, masih banyak sekolah yang memiliki fasilitas yang
minim. Berdasarkan penelitian hampir semua sekolah di Kabupaten Ende
(NTT) memiliki sarana prasarana yang masih sangat minim. Selain itu,
kualitas SDM pengajar/guru juga sangat kurang.
Alternatif yang bisa dilakukan antara lain :
a. Jika sekolah memiliki komputer dan terhubung pada jaringan
internet maka e-learning dapat berjalan secara efektif dan efisien,
b. Jika sekolah memiliki komputer tetapi tidak terhubung ke internet maka dapat mendownload materi di tempat lain,
c. Jika sekolah tidak memiliki komputer maka pelajar dapat
diperkenalkan e-learning melalui cara lain misalnya melalui TV, CD,
video.
Di dunia modern ini, pemanfaatan teknologi menjadi penting termasuk
di dunia pendidikan. Pendidikan di daerah pedalaman menjadi kunci utama
untuk mengubah masyarakatnya menjadi lebih maju. Jika pendidikan yang
memadai saja belum bisa didapat, bagaimana mungkin menerapkan
pembelajaran dengan sistem e-learning? Sejatinya, teknologi akan
berkembang dengan lebih cepat. Dalam arti, kekurangan yang ada sekarang
akan disempurnakan menjadi teknologi yang lebih canggih. Sudah siapkah
kita menghadapinya?
Sumber : http://dikporabuayan.wordpress.com/2012/05/07/e-learning-perkembangan-pendidikan-di-indonesia/
Sumber : http://dikporabuayan.wordpress.com/2012/05/07/e-learning-perkembangan-pendidikan-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar